Georgine Eveline Poetiray, yang dikenal sebagai Evie Poetiray, adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia keturunan Maluku yang lahir pada 3 Juni 1918 di Surabaya dan meninggal pada 27 Agustus 2016 di Jakarta.
Ia dikenal karena perannya dalam melawan pendudukan Nazi di Belanda selama Perang Dunia II.
Setelah kehilangan kedua orang tuanya pada usia muda, Evie dan saudara perempuannya, Reny, dibesarkan di panti asuhan di Surabaya. Pada tahun 1937, Evie berangkat ke Belanda untuk mempelajari ilmu analisis kimia di sebuah laboratorium di Keizersgracht.
Di sana, ia bergabung dengan Indonesische Christen Jongeren (IJC), sebuah organisasi Pemuda Kristen Indonesia di Belanda.
Pada tahun 1942, Evie secara diam-diam bergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI), sebuah organisasi politik yang dilarang oleh Nazi sejak 1940. Dalam PI, ia aktif membaca dan menyebarkan surat kabar serta majalah ilegal, mengorganisir diskusi terlarang, dan menjadi penghubung antara PI dan IJC.
Selain itu, Evie juga berkontribusi sebagai kurir dan penulis untuk berbagai publikasi bawah tanah seperti Vrij Nederland, De Vrije Katheder, De Waarheid, dan Het Parool.
Selama pendudukan Nazi, Evie berperan penting dalam mengatur pertemuan rahasia antara mahasiswa Indonesia dan tokoh politik Belanda. Ia juga membantu menyediakan tempat persembunyian bagi mereka yang diburu oleh Nazi.
Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II, Evie turut serta dalam pembentukan satuan Indonesia di Nederlandse Binnenlandse Strijdkrachten (NBS), yang bertujuan membantu pasukan Sekutu dan menjaga ketertiban di wilayah yang ditinggalkan oleh Jerman.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Evie kembali ke tanah air pada tahun 1946 dan menikah dengan Marangin Siantoeri, rekan seperjuangannya di PI. Evie Poetiray meninggal dunia di Jakarta pada 27 Agustus 2016 dalam usia 98 tahun. (fir)